KEIKHLASAN AKAN MEMBAWAMU KEPADA KEBAHAGIAAN
Ingatlah Bahwa, Berbuat Kebaikan Tidaklah Akan Merugi baik di Dunia maupun di Akhiratnya
Sebuah kisah dari keikhlasan seseorang dalam mengembalikan hak orang
lain tanpa meminta imbalan yang berbuah kebahagiaan, semoga kita bisa
memetik hikmah dan pelajaran yang terkandung dalam kisah teladan ini
________________________________________________________
Al-Qadhi Abu Bakar Muhammad bin Abdul Baqi bin Muhammad Al-Bazzar al-Anshari berkata,
“Dulu, aku pernah berada di Makah–semoga Allah selalu menjaganya.
Suatu hari aku merasakan lapar yang sangat. Aku tidak mendapatkan
sesuatu yang dapat menghilangkan laparku. Tiba-tiba aku menemukan sebuah
kantong dari sutera dan diikat dengan kaos kaki yang terbuat dari
sutera pula. Ketika aku buka, aku dapatkan di dalamnya sebuah kalung
permata yang tidak pernah aku lihat sebelumnya.”
“Kemudian, aku keluar rumah, dan saat itu ada seorang bapak tua yang
berteriak mencari kantongnya yang hilang sambil memegang kantong kain
yang berisi uang lima ratus dinar. Dia mengatakan, ‘Ini adalah bagi
orang yang mau mengembalikan kantong sutera yang berisi permata.’ Aku
berkata kepada diriku, ‘Aku sedang membutuhkan, aku ini sedang lapar.
Aku bisa mengambil uang dinar emas itu untuk aku manfaatkan dan
mengembalikan kantong sutera ini kepadanya.’ Maka, aku membawa orang itu
ke rumahku.
Setibanya di rumah, aku meminta kepadanya untuk menjelaskan ciri-ciri
kantong yang hilang tersebut untuk meyakinkanku, dan dia menceritakan
kepadaku ciri kantong sutera itu, ciri-ciri kaos kaki pengikatnya,
cirri-ciri permata dan jumlahnya, berikut benang yang mengikatnya.
Yang disebutkannya persis seperti kantong yang aku temukan, maka aku
segera mengeluarkan dan memberikan kantong itu kepadanya, dan dia pun
memberikan untukku lima ratus dinar, tetapi aku tidak mau mengambilnya.
Aku katakan kepadanya,
“ Memang seharusnya aku mengembalikannya kepadamu tanpa mengambil upah untuk itu.”
Ternyata dia bersikeras, ‘Kau harus mau menerimanya,’ sambil
memaksaku terus-menerus. Aku tetap pada pendirianku, untuk tidak
menerima uang imbalan tersebut. Akhirnya, bapak tua itu pun pergi
meninggalkanku.”
“Adapun aku, beberapa waktu setelah kejadian itu, aku keluar dari
kota Mekah dan berlayar dengan perahu. Di tengah laut perahu tumpangan
itu pecah, orang-orang semua tenggelam dengan harta benda mereka. Tetapi
aku selamat dengan menumpang potongan papan dari pecahan perahu itu.
Untuk beberapa waktu aku tetap berada di laut, tak tahu ke mana hendak
pergi.”
“Akhirnya aku tiba di sebuah pulau yang berpenduduk. Aku duduk di
dalam salah satu masjid mereka, sambil membaca ayat-ayat Alquran.
Ketika mereka tahu bagaimana aku membacanya, tidak seorang pun dari
penduduk pulau tersebut kecuali dia datang kepadaku dan mengatakan,
‘Ajarkanlah Alquran kepadaku.’
Kemudian aku penuhi permintaan mereka. Dari mereka aku mendapat harta
yang banyak. Di dalam masjid aku menemukan bebarapa lembar mushaf, aku
mengambil dan mulai membacanya. Lalu mereka bertanya, ‘Kau bisa
menulis?’ ‘Ya’. Mereka berkata, ‘Kalau begitu, ajarilah kami menulis.’
Mereka pun datang dengan anak-anak dan para remaja mereka. Aku ajari
mereka tulis-menulis. Dari itu, aku juga mendapat banyak uang.
Setelah itu mereka berkata, ‘Kami mempunyai seorang putri yatim, dia
mempunyai harta yang cukup. Maukah kau menikahinya?’ Aku menolak.
Tetapi, mereka terus mendesak, “Tidak bisa, kau harus mau” itulah kata
mereka memaksaku, Akhirnya aku menuruti keinginan mereka juga.”
“Ketika mereka membawa anak perempuan itu ke hadapanku, aku pandangi
dia. Tiba-tiba aku melihat kalung permata yang dulu pernah aku temukan
di Mekah melingkar di lehernya. Tidak ada yang aku lakukan saat itu,
kecuali hanya terus memperhatikan kalung permata itu.
Mereka berkata, ‘Sungguh kau telah menghancurkan hati perempuan yatim
ini. Kau hanya memperhatikan kalung itu dan tidak memperhatikan
orangnya.’
Maka, saya ceritakan kepada mereka kisah saya dengan kalung tersebut.
Setelah mereka tahu, mereka meneriakkan tahlil dan takbir hingga
terdengar oleh penduduk setempat. ‘Ada apa dengan kalian?’ kataku
bertanya.
Mereka menjawab, ‘Tahukah engkau, bahwa orang tua yang mengambil
kalung itu darimu saat itu adalah ayah anak perempuan ini.’ Dia pernah
mengatakan, ‘Aku tidak pernah mendapatkan seorang muslim di dunia ini
(sebaik) orang yang telah mengembalikan kalung ini kepadaku.’ Dia juga
berdoa, ‘Ya Allah, pertemukanlah aku dengan orang itu hingga aku dapat
menikahkannya dengan puteriku.’ Dan, sekarang sudah menjadi kenyataan.”
Meskipun anak perempuan itu telah yatim, namun doa sang ayah terkabul
karena akhirnya merekapun menikah dan Allah Subhanahu Wa Ta’ala telah
mengabulkan doa sang ayah pemilik kalung tersebut.
Subahanallah 3 X,
Allahu Akbar 3 X
Lahaula Walaquwata illabillah.
Di tangan Allah lah segala urusan, dan hanya kepada Allah lah seharusnya kita bersandar dalam segala urusan kita.
Sesungguhnya Allah akan membalas setiap kebaikan dan
keikhlasan kita, meskipun kadang kita lalai atau lupa bahwa itulah buah
dari kebaikan kita di masa lampau.
Semoga bermanfaat,
Allahu A’lam
Kamis, 19 Oktober 2017
Buah dari Keikhlasan
by
Unknown
on
Oktober 19, 2017
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Belajar Dari Sebuah Pensil
Nasehat Seorang Nenek Yang Cerdik Dari Sebuah Pencil. Coba Lihatlah sebuah pencil..!! Apa yang ada dalam fikiran...

Social
Popular
-
Kisah Nyata! Keajaiban Tahajud Dalam 7 Malam Apabila kita punya masalah, punya hajat, punya keing...
-
Assalamualiakum Wr. Wb. cara belajar yang menyenangkan seperti apa yang kamu inginkan, dan siapa orang yang paling cocok dalam mengajar ...
-
masa lalu? ya...masa lalu! masa dimana, dalam 9 bulan sorang ibu berjuang untuk melahirkan anak yang dicintainnya membawanya kema...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar