Senin, 02 Oktober 2017

Kisah Nyata Tahajud

                  Kisah Nyata! Keajaiban Tahajud Dalam 7 Malam

          

  Apabila kita punya masalah, punya hajat, punya keinginan dan ingin kita perdengarkan kepada Allah Subhanahu wa ta'ala atau kesulitan yang kita hadapi di dunia ini, kita jauhkan pinggang kita dari tempat tidur. Kita banging Tahajud, kita memohon kepada Allah, bermunajat kepada Allah, bermunajat kepada-Nya disaat yang lain sedang tidur, kemudian kita sempurnakan dengan sedekah. Kalau kita mau melakukan Tahajud kemudian bersedekah, kita tak pernah tahu hadiah apa yang akan Allah berikan jauh lebih besar daripada yang kita minta.


Nah, berikut ini adalah kisah nyata yang diceritakan oleh Ustad Yusuf Mansur dalam bukunya yang berjudul Dahsyatnya Shalat Sunnah, yang mana menceritakan keajaiban yang dialami oleh sepasang suami istri setelah melakukan shalat sunnah Tahajud selama tujuh hari tujuh malam.
 
Dikisahkan sepasang suami istri dengan dua orang anak, yang mana suaminya berprofesi sebagai security pada suatu saat, si istri security ini mengadu kepada suaminya dalam posisi hamil tua yang sebentar lagi melahirkan. Si istri berkata, “Bang, ini anak yang ketiga, nih. Kalau anak ini lahir, di mana tempatnya, nih?”

Si security sadar rupanya mereka punya rumah yang amat sangat kecil untuk tempat tinggal keluarga mereka, yaitu sebuah rumah petakan yang statusnya kontrakan. Ya, si security ini menyewa rumah yang harganya 75 ribu / bulan. Bisa anda bayangkan betapa kecilnya rumah itu seperti apa? Kamarnya Cuma satu, dan di kamar itulah sang security dan istrinya tidur.

Lalu anak mereka yang berjumlah dua orang tidur dimana? Ya, kedua anak mereka tidur di ruang tamu. Jadi jika malam tiba, seluruh kursi yang diruang tamu diangkat sehingga ada sedikit ruang untuk menggelar tikar. Nah, disitulah kedua anak mereka tidur. Sebnarnya itu untuk tempat motor, namun motor digeser ke lorong yang masih dalam area ruang tamu. Supaya motor si security tidak hilang makanya ditaruh di dalam.

Kemudian timbul lah perkara ketika anak ketiga ini akan lahir. Dimana anak ketiga tersebut akan ditempatkan setelah lahir? Secara kamar mereka hanya satu dan di kamar itu hanya ada satu ruas kosong seukuran karpet yang itupun mereka gunakan untuk shalat. Keluar sedikit dari kamarnya terdapat lorong dan menyambung ke kamar mandi dan dapur. Bisa anda bayangkan kira kira ini rumah jenis apa? Ya! Ini adalah kontrakan yang dahulunya cuma 75 ribu / bulan.

Sepertinya kita tidak pantas jika selalu mengeluh. Karena buktinya masih ada hamba Allah yang hidupnya seperti mereka dan begitu ikhlas menerima keadaan tersebut. Hanya saja si istri ingin berdoa kepada Allah agar semoga mendapatkan rumah kontrakan yang sedikit lebih besar dari kontrakan yang perbulannya 75 ribu itu. Ia ingin meminta yang 150 ribu / bulan atau 200 / bulan. Ya intinya sedikit lebih besar dari kontrakan mereka yang sekarang.

Nah, si istri tidak minta uang kepada Allah, karena ia sadar bahwa sang suami memang tak punya uang. Kemudian berkatalah sang istri “Bang, kita shalat malam, yuk! Shalat Tahajud!. Anak kita sebentar lagi keluar. Kalau kita belum dapat tempat yang bagus, anak kita mau ditaruh di mana? Abang tidak usah repot-repot, nanti saya saja yang berdoa, Abang tinggan meng-amin-i saja.”

Sadarlah si suami kalau dia tidak pernah memberikan apa-apa ke istri yang bersifat materi. “Baiklah, entar abang pulang agak sorean, biar abang bisa tidur sorean, biar abang bisa bangun malam, mengamini doa adik.” Begitulah jawab si suami.

Sesuai kesepakatan, si suami pulang dan tidur lebih awal karena ia ingin bangun malam. Tapi siapa yang kemudian bangun duluan? Rupanya yang bangun lebih dulu ada sang istri.

Si istri bangun dan melihat suami yang masih tidur dan merasa tidak tega untuk membangunkan suaminya itu. Akhirnya si istri berwudhu dan kemudian shalat duluan. Ketika shalat, si suami masih tidur. Maka dia mengaji dengan sangat keras agar si suami bangun. Ternyata si suami tak juga bangun, kemudian si suami dicolek dan istrinya berdoa dengan suara agak keras.

“Ya Allah, ini suami saya. Saya beritahu supaya bangun untuk mengamini doa saya. Engkau lihat dia masih tidur.” Begitulah doa si istri yang ia lakukan terus-menerus saat itu.

Karena didoakan terus, akhirnya si suami bangun dan melihat istrinya sudah berada di atas sajadah dan mengenakan mukena. Si suami lalu mendengarkan istri yang melanjutkan doanya. “Ya Allah, anak yang ketiga ini bakal lahir. Kalau anak ini lahir tempatnya gak ada, tolong Ya Allah, mudah-mudahan Engkau memberi rezeki kepada suami saya supaya kami bisa pindah rumah ke rumah yang kamarnya dua.”

Si istri tak minta macam-macam kepada Allah, hanya ingin pindah ke rumah yang memiliki dua kamar, kira-kira yang perbulannya seharga 150 ribuan atau 200 ribuan.

Si suami tak bilang apa-apa, hanya satu kata, “Amin, amin, amin…..” Lau berkatalah sang istri, “Bang, kok cuma amin doing?” Kata sang suami, “Kan kamu yang ngomong, tugas abang cuma ngaminin doing. Ya sudah, amin, amin, amin….” Ditambah lagi si suami tidak jadi imam, tapi jadi makmum.

Keesokan harinya kebetulan si security dinas malam dan inilah yang kemudian menjadi masalah, kenapa? Jika si security dinas malam berarti otomatis dia tak bisa menemani si istri untuk shalat tahajud, sebagaimana yang kita ketahui bahwa jika ingin melaksanakan shalat tahajud maka harus tidur terlebih dahulu. Akhirnya si security pun pamit kepada pimpinannya. “Saya pamit sampai istri saya melahirkan. Mohon maaf saya tidak bisa dinas malam. Lalu ditanya oleh komandannya “Kenapa begitu?”

“Mohon maaf, karena istri saya punya permintaan supaya setiap malam saya bisa menemani dia bangun malam sampai dia melahirkan.” Jawab sang security kembali. Dia juga cerita bahwa istrinya ingin punya rumah yang lebih baik. Kata istrinya, satu-satunya cara hanya lewat doa, dan doa yang mustajab itu adalah doa yang dipanjatkan pada Allah setelah shalat malam.

Kemudian komandan yang mendengarkan ceritanya itu menjadi tidak tega jika tak mengizinkannya. Lalu berkatalah sang komandan, “Iya deh, sampai melahirkan nanti boleh tidak dinas malam.Tapi nanti setelah anak situ lahir, situ dinas seperti biasa lagi.”“Siap dan” jawab sang security.

Lalu dimulailah hari-hari berikutnya untuk sepasang suami istri tersebut untuk melaksanakan shalat malam. malam kedua si suami masih telat bangun, malam ketiga pun si suami masih juga telat dan sampai malam keempat si suami juga masih telat dan hanya mengamini doa-doa sang istri.

Pagi hari di hari kelima, Alahamdulillah doa mereka mulai deiberi tanda-tanda jawaban, berupa apa tanda-tanda jawaba-Nya? Ya, adik si security dating dan terjadilah percakapan,

“Assalamu’alaikum!”

“Wa’alaikumsalam. Pagi-pagi ada apaan, nih?”

“Mpok mana bang?

“Mpok lu lagi kepasar.”

“Saya mau minta tolong sama abang.”

“Minta tolong appan?” Kata si security.

“Begini bang. Saya kan udah enggak punya suami. Suami saya sudah meninggal dunia dan ninggalin dua anak. Kalau saya tidak nyari duitm ini anak enggak bakalan bisa makan.”

“Ya, terus kenapa? Mau nyari duit dimana lu?”

“Ini ada tawaran ke Arab Saudi, jadi TKW. Alhamdulillah saya diterima bang. Minggu besok insyaAllah berangkat ke Surabaya untuk ikut pelatihan kira-kira sebulan lagi berangkat ke Arab.”

“Terus apa yang gua bisa bantu? Kalau duit gua enggak punya.”

“Bukan duit, Bang! Saya cuma mau minta tolong anak saya yang dua, tolong Abang yang jaga. Saya titp dua anak ini dirumah Abang.”

Nah, bagaimana? Apakah doa mereka dikabulkan? Apa doa istrinya? Supaya bisa dapat kontrakan yang lebih besar dan punya dua kamar. Jangankan dikabulkan, malah Allah membuat rumahnya semakin sesak dengan dititipkannya kedua anak dariadik si security. Kemduian si security geleng-geleng kepala.

“Allah punya rencana apa sih? Katanya siapa yang berdoa pasti dikabulkan? Ini boro-boro dikabulkan, rumah malahan jadi sempt. Kalau ditolak kasihan, kalau ia ke Arab Saudi, sama siap nanti semua keponakan. Tapi kalau diterima, ditaruh dimana ini keponakan.” Kata security.

Akhirnya si security menyerah dan bilang ke adiknya, “Tunggu mpok lu aja dulu, abang enggak bisa ngomong, sebab sudah empat malam abang ngaminin doa, supaya dia punya doa terkabul.”

”Ya Allah, Bang, pokoknya mau ditaruh dimana ini anak-anak, pokoknya saya nitip. Titik! Di rak sepatu juga enggak apa-apa kalau muat." Jawab si adik kepada security.

Apa kata si security, “Sekarang lu pulang dah, nanti kalau mpok lu dating, abang bakal bilang ke dia.”

Tak lama kemudian, pulanglah istrinya sembari membawa tentengan. Tapi ketika si security ingin bicara, istrinya bilang,

“Assalamu’alaikum.” Lalu cium tangan.

“Alhamdulillah ya Bang, kita sudah empat malam shalat malam. Nah, malam ini malam jum’at, malam yang kelima. InsyaAllah doa kita dikabulkan.”

Akhirnya si security yang tadinya berniat ingin menyampaikan kepada istrinya mengenai adiknya yang menitipkan anak-anaknya menjadi tidak enak dan akhirnya tidak jadi.

“Ayo, Bang, kita bangun lagi mala mini, kita berdoa seupaya Allah betul-betul mengabulkan doa kita, supaya rumah kita tambah besar, tambah luas, dan anak-anak kita bisa dimana saja.” Lanjut si istri.

Tambah pusing lah si security ini, niat ingin berbicara akhirnya dia urungkan. Kemudian saat itu si security meningglkan rumah dalam keadaan berniat, “Baik Ya Allah, nanti malam saya akan bangun malam, saya akan bangun duluan, lebih dulu dari istri saya.”

Sore hari sang security pulang kerumah. “Pokoknya nanti malam mau bangun duluan”. Dan benar saja, akhirnya si security ini bangun duluan dan sangat senang ketika dia melihat istrinya masih tidur. “Alhamdulillah, saya bangun duluan.” Kemudian si security ini mengambil posisi di depan dan mengaji dengan agak keras, didekat teling istrinya. Dia bermaksud ingin memberitahu kepada istrinya yang masih tidur bahwa dia bangun duluan. Istrinya pun bangun dengan rasa senang dan berkata, “Tumben bangunnya duluan bang.”

“Iya, kali ini abang enggak mau jadi buntut, tapi mau jadi kepala.” Jawab sang si suami.

Si istri yang sudah bangun lalu berwudhu, dan melaksanakan shalat malam sebagai makmum. Nah, saat itulah si suami menyampaikan apa yang terjadi di pagi hari kepada istrinya dalam bentuk doa. Lalau berdoalah sang suami.

“Ya Allah, tolonglah hamba! Istri saya kan sudah berdoa dari mulai malam Senin sampai malam Kamis, doanya supaya rumah saya tambah besar. Ehhh…Kamis pagi tadi adik saya dating membawa dua anaknya, mau dititipkan disini. Ya Allah, bukankah Engkau Maha Melihat dan MAha Mendengar? Tapi hamba percaya kalau Engkau adalah Tuhan Yang Maha Melihat dan Maha Mendengar….Tapi bagaimana caranya ya saya bilang ke istri saya…” Seperti itulah doa si suami.

Dari belakang si istri mencubit suaminya tersebut dan berkata, “Bilang aja adik abang dating tadi pagi.”

“Iya, adik abang dating, Dia mau menitipkan kedua anaknya. Terus bagaiman, setuju enggak?”

“Ya Allah, Bang, Abang seperti enggak pernah mengaji aja. Kan siapa yang diberikan pertolongan oleh Allah, siapa yang mendapatkan pertolongan dari Allah, setelah itu adalah orang yang menyambut kehadiran Allah. Bang, Allah sudah dating tuh lewat wujud adik abang.”

“Oh, Begitu ya? Ya sudah, kalau kamu sudah setuju, Alhamdulillah, nanti Jumat pagi abang beritahu adik abang biar anaknya yang dua ini tinggal disini. Tapi, ngomong-ngomong tempatnya dimana ya?” Mereka bingung sambil melihat-lihat keadaan rumah.

“Diruang tamu saja bang?” Kata istrinya.

“Diruang tamu bagaimana? Kan ada dua anak kita disitu.”

“Iya, tapi ka nada motor abang disitu.”

“Terus Bagaimana?”

“Motor abang taruh di luar saja, jangan di dalam ruang tamu, insyaAllah muat dua anak di situ.”

“Nanti kalau motor abang hilang bagaimana?”

“Enggak mungkin bang, kan motor dititpkan ke Allah. Kalau motor abang hilang, kita protes ke Allah. Kita terima titipan dua anak, kita jaga nih, masa kita titip motor ke Allah akan hilang? Enggak mungkin, taruh di luar saja!”

Maka ketika motor ditaruh di luar, muatlah satu tikar untuk dua anak bisa tidur disitu.

Pagi hari si security dating kerumah adiknya. Dia bilang ke adiknya, “Nanti malam anak lu gua jemput, biar tinggal dirumah abang aja. InsyaAllah sudah ada tempatnya. Empok lu sudah setuju.” Setelah itu ia lanjut jalan ke kantor.

Sesampainya di kantor, Subhanallah, rupanya ada kejadian yang sepintas kelihatannya tidak enak. Komandannya datang dengan wajah yang tak enak dan bilang ke security, “Ente dipanggil tuh sama Bapak.” (Bapak disini adalah Bos di tempat si security tersebut bekerja).

“Dipanggil sama bapak? Ada apa ya?”

“Enggak tahu, Ente mau dipecat kali…” kata si komandan dengan wajah serius.

“Masa iya bang saya dipecat?”

“Mungkin, bapak sepertinya lagi marah-marah, tuh.”

Si security nampak lemas.

“Kalau enggak punya salah, mana mungkin dipanggil bos? Buruan deh ke atas, temui Bos. Kalau memang salah, minta maaf saja, tapi kelihatannya serius, mukanya terlihat marah.”

Dalam keadaan takut, si security ini datang ke ruangan bosnya.

“Assalamu’alaikum”

“Wa’alaikumsalam…masuk! Silahkan duduk!”

“Iya Pak, terima kasih.”

“Saudara saya Tanya, memang ini perusahaan ini punya siapa?”

“Ya punya Bapak, masa punya saya.”

“Sekarang siapa yang buat peraturan? Kalau memang punya saya, siapa yang buat peraturannya?”

“Ya Bapak…”

“Apa kamu tahu kalau kamu dipanggil sama saya pagi ini?”

“Tidak, Pak.”

“Apa kamu merasa punya salah?”

“Enggak, Pak”

“Masa kamu enggak tahu kamu punya salah apa?”

Rupanya salahnya karena dia izin untuk tidak masuk dinas dalam. Buat satu perusahaan, tidak masuk dinas malam merupakan sebuah masalah. Akhirnya si security ini sadar dan bilang ke Bosnya,

“Iya pak, barangkali karena tidak dinas malam ya Pak?”

“Nah, tuh kamu tahu. Memangnya perusahaan ini milik nenek moyang situ? Kalau semua security pada minta dispensasi enggak bisa dinas malam karena ingin menemani istri, terus kantor ini siapa yang jaga? Ya sudah, saya maafkan, tapi mulai besok Senin, sauda enggak usah kerja disini lagi ya!

Akhirnya si security ini tambah pusing dan nangis, nangis…

“Jangan dong Pak, saya kan enggak dinas malam sudah lapor dan izin ke komandan…”

“Terus memangnya yang bos siapa?”

“Ya Bapak yang bos”

“Tapi Bapak juga perlu tahu.”

“Apa…Tahu Apa?”

“Istri saya maksa saya Pak, minta diaminkan doanya oleh saya. YA Allah, kok bisa seperti ini ya, saya nemenin istri saya, tapi saya malah dipecat.”

Akhirnya si security menangis lagi dan bosnya hanya melihat saja.

“Jadi begitu Pak, gara-gara saya nemenin istri saya tahajud, akhirnya saya minta izin enggak dinas malam, itu pun cuma sampai istri saya melahirkan, Pak. Saya janji eh, nanti kalau istri saya melahirkan akan yang ketiga, insyaAllah saya pasti akan dinas malam lagi.” Lanjut sang security memohon.

“Ya enggak bisa! Saudara saya maafkan. Tapi mulai Senin besok Saudara jangan masuk ke kantor ini lagi.”

Security ini menangis lagi dan di dalam hatinya ingin protes ke Allah, Mana janji-Mu, ya Allah? Kok seperti ini jadinya.”

Nah masih dalam keadaan security menangis, tiba-tiba Bosnya ini tertawa, “Ha….ha….ha…”. Si security malah tambah bingung, yang tadinya bosnya marah mengapa sekarang tertawa.

“Kok Bapak ketawa sih?”

Si pimpinannya menjawab, “Ente serius amat sih, saya cuma bercanda, saya bilang mau dipecat itu bohong.”

“Tapi kan Bapak tadi bilang saya enggak boleh masuk ke kantor ini lagi?”

“Ya, Ente enggak usah masuk ke kantor ini lagi, saya punya tugas baru buat Ente.”

“Oooh…tugas baru?”

“Iya.”

Kemudian berceritalah Bosnya tersebut bahwa ia sudah lama sekali ingin mencari satpam yang shaleh seperti security ini. Untuk ditempatkan di mana? Di rumahnya!. Ya, rupanya pimpinannya ini berencana ke luar negeri dalam waktu yang lama. Dan rumahnya perlu tambahan penjagaan. Begitu ia dengar ada security yang rajin shalat malam untuk menemani istrinya. Lalu si pimpinan ini bilang ke komandan security tersebut, “Dan, si security yang rajin shalat malam itu suruh jaga rumah saya saja ya!”

“Jadi Ente bukan saya pecat, tapi saya pindahin tempat kerjanya, dari kantor ini ke rumah saya!”

Tiba-tiba security ini berkata, “Mohon maaf enggak bisa Pak!”

“Kok enggak bisa? Kenapa enggak bisa?”

“Pak, kebetulan ada dua keponakan saya sedang dititipkan di rumah saya, dirumah saya saja sudah ada dua anak, jaidnya empat dengan keponakan saya. Setiap malam saya harus mindahin motor ke luar supaya anak-anak masuk. Terus kalau saya tinggal di rumah Bapak, anak-anak saya siap yang jagain?”

Si pimpinannya tertawa dan berkata, “Ya sudah, istri sama anak-anak Ente dan keponakan Ente bawa semua kerumah saya! Rumah saya ada tiga pavilion di belakang, silahkan pakai dari tiga paviliun itu. Di rumah saya juga ada kolam renang, silahkan nyebur di situ, enggak usah bayar. Pokoknya apa yang ada di rumah saya boleh dipakai, anggap saja itu rumah kalian sendiri, kecuali kamar pribadi saya sa,a anak saya, enggak boleh ente masuk. Setuju?”

Ya Allah, security ini bertakbir. Semudah itu rupanya Allah memberikan tempat tinggal kepada mereka. Memanglah bukan rumah mereka, tapi rumah bosnya. Tapi tidak masalah, bagaimana? Yang penting sekarang tempat tinggal mereka lebih besar, malah lebih daripada apa yang diminta oleh istrinya. La Haula Wala Quwwata Illa Billah.

Baiklah, itulah tadi Kisah Nyata! Keajaiban Tahajud Dalam 7 Malam. semoga bermanfaat dan semoga kita terinspirasi untuk mengalamalkan shalat Tahajud dan diberi oleh Allah kemudahan dalam mengamalkannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Belajar Dari Sebuah Pensil

                     Nasehat Seorang Nenek Yang Cerdik Dari Sebuah Pencil. Coba Lihatlah sebuah pencil..!! Apa yang ada dalam fikiran...

Social

Popular

Pages

Y
L
T